Kamis, 06 Agustus 2015

Memahami arti zuhud





      Ketahuilah bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan. “Cinta akan dunia adalah sumber segala kesalahan.” (H.R. Baihaqi). Bahkan Nabi juga telah mene-rangkan dalam sebuah haditsnya : “Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah (mengingat Allah) dan hal-hal yang berkaitan dengannya, serta orang yang alim atau orang yang belajar (ilmu agama).” (H.R. Thabrani).
     
      Sedangkan zuhud terhadap dunia merupakan maqom yang mulia. Dan yang dimaksud zuhud adalah memalingkan diri dari sesuatu yang disukai demi untuk sesuatu yang lebih baik.
      Bukanlah yang disebut zuhud itu meninggalkan harta, tetapi yang disebut zuhud itu meninggal-kan dunia karena tahu kerusakan yang ditimbulkannya dan berpaling kepada akhirat yang kekal.

      Berzuhud terhadap perkara dunia bukan berarti dengan cara mengharamkan barang yang halal, seperti mengharamkan diri memakan daging yang dihalalkan, dan bukan pula menghambur-hamburkan harta benda hingga akhirnya ia jatuh miskin tidak punya apa-apa lagi karena penger-tian zuhudnya yang keliru. “Zuhud dari keduniaan bukanlah dengan mengharamkan yang halal, dan bukan menghambur-hamburkan harta. Tetapi zuhud dari kehidupan dunia hendaklah kamu tidak lebih mengandalkan terhadap apa yang kamu miliki dari pada apa yang di tangan Allah, dan hendaklah kamu lebih senang terhadap pahala musibah bila kamu ditimpanya sekalipun musibah itu masih ditetapkan untukmu.” (H.R. Tirmidzi).

      Berzuhud terhadap perkara dunia dapat membebaskan diri pelakunya dari rasa susah dan duka cita, sedangkan cinta kepadanya dapat mengakibatkan rasa susah dan sedih yang bertumpuk-tumpuk dan pada akhirnya mendorong orang yang bersangkutan berani melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah saw. Akan tetapi, pengertia berzuhud ini bukan berarti suka mengganggur (tidak mau berusaha) tanpa menghiraukan orang yang berada di dalam tanggungannya. “Zuhud dari keduniaan menyenangkan hati meng-istirahatkan tubuh, Sedang senang kepada harta benda dunia, memperbanyak kesusahan dan kepedihan, dan pengangguran akan mengeraskan hati.” (H.R. Al-Qudha’i).

      Tingkatan zuhud ada tiga :

1. Orang yang berusaha untuk zuhud terhadap dunia dan ia merasa berat, tetapi ia terus berusaha sekuat tenaga.
2.  Ia telah mampu zuhud dengan suka rela tanpa harus menguras kemampuan, tetapi ia dapat melihat kezuhudannya dan dapat merasakan bahwa ia telah meninggalkan dunia dan merasa senang karenanya.
3.   Sementara derajat yang tertinggi adalah yang zuhud dengan mudah, dan ia sudah demikian zuhud sehingga merasa biasa saja dengan kezuhudannya karena ia sudah merasa bahwa dunia itu tidak ada nilainya sedikitpun, maka jadilah ia seperti orang yang membuang kotoran dan pergi tanpa menoleh ataupun mengingat lagi.

      Untuk prrmulaan jalan menuju zuhud adalah tidak mencari harta yang hilang, dan membagi-bagikan harta yang sudah terkumpul kepada orang-orang fakir, tidak berkehendak kepada harta bendanya dan tidak ingin memilihnya. Sebagai motifatornya adalah kita senantiasa mengingat terhadap kejelekan dan akibat jahat dari harta benda.

      Zuhud yang terbaik menurut Ibnul Mubarak adalah dengan menyembunyikan kezuhudannya dari manusia, ciri-cirinya adalah :

1.  Ia tidak merasa senang dengan adanya sesuatu, dan tidak merasa sedih dengan ke-tiadaannya, inilah zuhud dalam harta. “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira (yang melampaui batas sehingga menye-babkan kesombongan).” (Q.S. Al-Hadiid : 23).
2.   Sama baginya  dicela atau dipuji, ini merupakan tanda zuhud terhadap kedudukan.
3.   Sangat dekat kepada Allah, dan hatinya dikuasai kelezatan taat kepada Allah.
      Perlu diketahui bahwa antara cinta kepada Allah dengan cinta pada dunia sebagaimana air dengan udara dalam sebuah bejana, jika air masuk maka udara akan keluar dari bejana itu sebanyak air yang masuk. Bahkan Imam Ghazali pernah memberikan pendapat yang extrim tentang zuhud ini sebagaimana dikatakan oleh gurunya Abu Bakar Attusi berkata : “Sesungguhnya dunia adalah musuh Allah Yang Maha Mulia dan Maha agung, sedang engkau cinta kepadanya.” Oleh karena itu barang siapa yang cinta kepada sese-orang berarti harus memusuhi musuhnya.
     Al-Laits pernah meriwayatkan dari Jabir berkata : “Ada seorang lelaki yang menemani Isa as, lalu berkata : ‘Wahai nabi Allah aku ingin bersamamu dan menemanimu, lalu mereka berdua berangkat ke tepi sungai dan makan siang bersama, ketepatan waktu itu ada tiga roti dan yang satu tidak dimakan. Lantas Isa pergi kesungai untuk minum, kemudian kembali lagi. Ternyata rotinya sudah tidak ada. Isa berkata : Siapakah yang mengambil roti? Lalu temannya berkata : Aku tidak menge-tahuinya.”
      Lalu Isa berangkat lagi bersama temannya, ditengah jalan mereka melihat kijang dan dua anaknya, lalu Isa memanggil salah satu dari dua anak tersebut, lantas datang kepada-nya, akhirnya disembelih dan dipang-gang dan dimakan bersama.
      Kemudian Isa berkata kepada daging dan tulang yang tersisa, berdirilah, akhirnya berdiri menjadi anak kijang lagi. Lantas Isa berkata dengan temannya : Aku bertanya kepadamu dengan nama Tuhan yang menunjukkan kamu tanda kekuasaan seperti ini. Siapakah yang mengambil roti tadi, lalu ia menjawab : Aku tidak tahu.
      Mereka berjalan hingga sampai ke hutan, lalu Isa duduk dan mengambil debu atau pasir. Isa berkata : Jadilah emas dengan idzin Allah, lantas debu itu menjadi emas, lalu dibagi tiga, Isa berkata : sepertiga untukku, sepertiga untukmu dan sepertiga untuk orang yang mengambil roti tadi. Lantas teman itu berkata : Aku yang mengam-bil roti. Lantas Isa berkata : Seluruh emas ini untukmu.
      Setelah berkata demikian Isa pergi meninggalkannya, lantas ada dua orang lagi datang menjumpai teman yang yang sedang sendirian itu, dan dua orang itu sepakat untuk membunuhnya dan mengambil emas-nya. Lalu teman Isa itu berkata : Emas ini dibagi tiga antara kita semua, jadi masing-masing sepertiga.

Tinggalkan harta benda keduniaan untuk orang-orang yang mengejarnya, sebab sesungguhnya orang yang mengambilnya melebihi kecukupan maka berarti mengambil untuk kebinasaannya sendiri sedang dia tidak merasakan. (H.R. Ad-Dailami)
         Oleh karena itu, hendaklah salah satu diantara kamu pergi ke desa untuk membeli makanan. Lalu orang yang diutus untuk membeli makanan itu berkata dalam hatinya : Untuk apa aku harus membagi harta yang begitu besar, aku akan memberikan racun di dalam makanan ini, sehingga aku bisa membunuhnya dan nanti aku akan mengambil seluruh harta itu. Lantas makanan itu diberi racun.
      Kedua temannya yang lagi menanti di hutan berkata : Untuk apa kita mesti membagi emas ini untuk dia. Bila nanti dia datang lebih baik kita bunuh dia dan harta ini kita bagi menjadi dua. Lalu pembawa makanan itu datang, lantas dibununyah. Kemudian mereka berdua memakan makanan itu, lalu sama-sama meninggal dunia seluruh-nya. Tinggal harta itu berada di hutan, jadi tiga orang itu mati disekitar harta itu.
      Isa berjalan menjumpai mereka dihutan dan berkata kepada teman-temannya : Inilah akibat jelek dari harta dunia, oleh karena itu berhati-hatilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar