Rabu, 19 Agustus 2015

SUSUNAN SURAT DALAM AL-QUR’AN





            Berkenaan dengan susunan surat-surat dalam Al-qur’an yang berjumlah 114 surat itu, sebenarnya hal tersebut bukanlah hasil ijtihad atau rekayasa para sahabat (ijtihadi) yang dipimpin oleh Saidina Utsman bin Affan ra. melainkan merupakan petunjuk langsung dari Rasulullah saw. (tauqifi) yang diterimanya melalui Malaikat Jibril as. dari Allah swt.
            Untuk lebih jelasnya akan kami kemukakan penjelasan para ulama’ yang benar-benar pakar di bidang Ulum Al-Qur’an sebagai berikut :

1.  Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuti
            Beliau dalam kitabnya Tanasuq  Ad-Durar fi Tanasub As-Suwar (keserasian susunan surat dalam Al-Qur’an bagaikan untaian mutiara) dan telah di tahqiq oleh Syeikh Abd Al-Qadir Ahmad ‘Atha’ sebagai berikut : 
“Allah swt. telah memulai kitab sucinya dengan surat Al-Fatihah ini, karena surat inilah yang telah menghimpun maksud-maksud Al-Qur’an. Oleh karena itulah di antara namanya terdapat Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an), Ummul kitab (induk kitab suci) dan Al-Asas (undang-undang dasar) maka jadilah dia bagaikan sebuah judul dan pendahuluan yang indah.”
            Kemudian beliau mengutip keterangan Imam Hasan Al-Basri yang mengatakan :
“Sesungguhnya Allah swt. telah menyimpan ilmu-ilmu kitab terdahulu dalam Al-Qur’an, kemudian ia menyimpan ilmu-ulmu Al-Qur’an dalam surat-surat Al-Mufashshal, kemudian ia menyimpan ilmu surat-surat Al-Mufashshal (yang mulai dari surat Qaaf sampai surat yang terahir) dalam surat Al-Faatihah, barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka orang itu seperti mengetahui tafsir seluruh kitab suci yang telah diturunkan.”

2.  Imam Abu Abdillah Al-Qurtubi
            Beliau telah mengutip keterangan dari Imam Abu Bakar Al-Anbari yang mengatakan :
“Allah swt. telah menurunkan Al-Qur’an ke langit dunia kemudian secara berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi saw. selama lebih dari dua puluh tahun. Surat itu diturunkan karena ada suatu kasus dan sebagai jawaban bagi orang yang bertanya tentang sesuatu. Dan malaikat Jibril as. Menunjukkan tempat suatu ayat dan surat kepada Nabi saw. sehingga susunan surat itu tidak berbeda dengan susunan ayat dan huruf-huruf, semuanya bersumber dari Nabi saw. Barang siapa yang mendahulukan surat-surat atau mengakhirkannya, maka sungguh ia telah merusak susunan Al-Qur’an.”

3. Imam Malik
“Sesungguhnya Al-Qur’an disusun sesuai dengan apa yang didengar langsung oleh para sahabat dari Nabi saw.”

4.  Imam Mahmud Al-Kirmani
“Susunan surat semacam ini, bersumber dari Allah swt. pada Lauhul-Mahfudz dan di lauhul-Mahfudz pun susunannya persis seperti susunan dalam mushhaf ini.”

5.  Syeikh Ahmad Muhammad Ali Daud
            Setelah beliau menjelaskan  perselisihan pendapat para ulama mengenai susunan surat dalam Al-Qur’an, dengan tegas beliau mengatakan :
“Yang paling kuat dari pendapat-pendapat itu ialah pendapat yang menyatakan bahwa susunan surat dalam Al-Qur’an itu adalah berdasarkan petunjuk langsung dari Rasulullah saw. seperti halnya semua ayatnya.”

6.  Prof. Dr. Syeikh Wahbah Musthafa Az-Zuhaili 
“Dan para ulama’ sudah tidak memperselisihkan pendapat mengenai susunan ayat dalam surat-surat Al-Qur’an yaitu berdasar petunjuk dari Rasulullah saw. hal tersebut merupakan riwayat yang kuat yang bersumber dari Nabi saw. sebagaimana susunan surat pun berdasarkan petunjuk langsung dari Nabi saw. menurut pendapat yang lebih kuat.”
            Selanjutnya beliau mengemukakan dalil atas pendapatnya itu sebagai berikut :
“Adapun dasarnya susunan surat dalam Al-Qur’an (berdasarkan tauqifi) ialah bahwa sebagian sahabat yang telah hafal Al-Qur’an seperti Ibnu Mas’ud telah menghadiri tadarus Al-Qur’an antara Malaikat Jibril as. Dengan Nabi saw. dan mereka menyaksikan bahwa surat-surat yang dibacanya itu sesuai benar dengan susunan surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang diketahui sekarang.”

7.  Imam Badruddin Az-Zarkasyi
            Beliau telah mengutip keterangan Imam Abu Ja’far An-Nahhas yang mengatakan :
“Adapun pendapat yang terpilih mengenai susunan surat yang sesuai dengan tertib dalam mushhaf ini adalah berdasarkan petunjuk Rasulullah saw. dan ia telah meriwayatkan bahwa pendapatnya itu bersumber dari saidina Ali bin Abi Thalib ra. Kemudian ia mengemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud Ath-Thayalisi : Telah menceritakan kepada kami, Imran Al-Qaththan dari Qatadah, dari Abi Al-Malih Al-Hadzali dari Watsilah bin Al-Asqa’, bahwa Nabi saw telah bersabda; Aku telah diberi seperti Taurat Sab’ath-Thiwal (tujuh surat yang panjang-panjang), aku diberi seperti Zabur Al-Mi’un (Surat-surat yang jumlah ayat-ayatnya lebih dari seratus ayat), aku diberi seperti Injil Al-Matsani (Surat-surat yang jumlah ayat-ayatnya hampir seratus ayat) dan akupun telah diberi kelebihan dengan Al-Mufashshal (Surat-surat dan ayat-ayatnya pendek yang terdapat di akhir Al-Qur’an).”

8.  Imam Nawawi
“Tertib susunan surat dalam mushhaf dijadikan seperti itu karena mengandung suatu hikmah.”

            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa surat Al-Faatihah didahulukan karena surat tersebut bagaikan judul dan pendahuluan yang indah terhadap surat-surat lainnya, dan sesuai dengan namanya yaitu Al-Faatihah (surat pembuka).
            Adapun mengenai surat Al-‘Alaq terdapat pada zuz 30, tepatnya dalam urutan surat yang ke 96, itu merupakan kehendak Allah swt. bukan hasil ijtihad para sahabat. Dalam hal ini Allah telah berfirman :

اِِنَّ اللهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ ( الحج : 14)
“Sesungguhnya Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al-Hajj : 14)
            Karena hal itu merupakan kehendak Allah swt. maka kita sebagai hamba-Nya harus menerimanya, tidak usah mempersoalkannya apalagi  sampai   memperdebatkannya.  Allah swt.  dengan   tegas  dalam

Al-Qur’an telah berfirman :
لَا يَسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُـْم يُسْئَلُوْنَ  ( الا نبياء : 23 )

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya tetapi merekalah yang akan ditanyai.” (Q.S. Al-Anbiya’ : 23)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar