Jumat, 07 Agustus 2015

menjauhi sifat bakhil atau kikir atau pelit





      Di dalam kekayaan dan kemiskinan memiliki banyak jebakan yang sangat luar biasa bahayanya apalagi ketika manusia berada dalam posisi kaya raya. Di antara jeratan yang bisa menyerat manusia terjerumus ke dalam lembah siksa yang pedih adalah terinfeksi penyakit bakhil.
      Sifat bakhil atau kikir atau pelit adalah merupakan penyakit yang biasa muncul dengan sendirinya begitu manusia telah banyak memperoleh harta benda. Termasuk yang menjadi pemicu utama berkembang biaknya virus ini adalah pemikiran-pemikiran sesat yang telah dikelabui oleh setan. Di dalam benak mereka sering timbul perasaan dan statemen “Buat apa kami menghambur-hamburkan harta yang telah kami peroleh dengan susah payah untuk hal-hal yang tidak bisa membuat kami senang”. Tak jarang juga mereka beranggapan “Kalau Alloh memang berkehendak menja-dikan mereka hidup sudah barang tentu Alloh-lah yang akan menjamin kehidupan mereka. Kami tidak ada hubungan dengan mereka. Masalah mereka makan atau tidak itu urusan mereka dengan Alloh”.
     Orang yang punya karakter bakhil alias kikir memang sangat egois dengan kehidupan sekelilingnya. Sehingga manusia yang memiliki tabiat ini cenderung dan sering diisolasikan oleh masyarakat sekitar-nya. Bahkan Allah sendiri melalui Rasul-Nya telah mengancam mereka yang kikir akan selalu dijauhkan dari sisi-Nya, dari manusia dan surganya Allah. Dan sifat inilah yang pernah menjadi momok menakutkan yang menjadikan mereka orang-orang tempo dulu dimusnahkan dari muka bumi ini. Karena pada masa lalu sifat ini telah jadi biang keladi mereka untuk saling bunuh, menghalalkan segala yang diharamkan oleh Allah. Kalaupun untuk mempertahankan apa yang mereka punya itu harus ditempuh dengan berdusta, menga-niaya orang lain atau bahkan memutuskan hubungan sanak saudara semua itu pasti akan mereka lakukan.
      Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya  di hari kiamat. (Q.S. Al-‘Imron : 180)
      Bakhil memang merupakan sifat yang sangat berbahaya dan menakut-kan. Sehingga ia bisa menggagalkan seseorang yang mati berperang di jalan Alloh (jihad) untuk menda-patkan predikat Syahid. Hal ini pernah terjadi pada masanya Rosululloh. Suatu ketika seorang sahabat tewas di dalam medan pertempuran hingga banyak orang yang menangisinya, termasuk seorang perempuan yang selalu merintih-rintih dan beranggapan dia akan masuk sorga karena mati membela agama Allah (Syahid). Mengetahui ini Rosulullah langsung berkata kepada perempuan itu “Bagaimana engkau tahu kalau dia ini seorang yang Syahid? Karena bisa jadi semasa dia hidup pernah berbicara hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya atau ia berlaku kikir terhadap harta yang sebenarnya tidak menjadikan ia kekurangan”.
      Rasulullah sangat khawatir sekali akan dihinggapi sifat tercela ini. Sampai beliau tidak pernah sekalipun menolak permintaan orang lain. Bagi beliau seorang mukmin yang benar-benar beriman adalah orang yang di dirinya tidak memiliki perasaan kikir. Bahkan Allah lebih senang terhadap orang yang sangat bodoh tetapi mempunyai sifat dermawan dari pada orang yang khusyu’ beribadah namun memelihara perbuatan bakhil.
      Yang lebih menakutkan lagi adalah ancaman neraka bagi mereka yang bersifat bakhil. Rosululloh sendiri pernah menyuruh seseorang yang punya pekerti ini untuk meyingkir dari dekat beliau saat bertemu. Beliau sangat takut terbakar oleh api yang dibawa orang tersebut. Menurut beliau manusia yang ber-laku bakhil adalah seorang pendosa dengan kotoran dosa yang sangat besar sekali. Bisa jadi lebih besar dari tujuh lapis bumi, langit, gunung atau laut. Sebagaimana sabda rosululloh kepada orang tesebut “Demi dzat yang mengutus diriku dengan membawa petunjuk dan keagungan atau kedermawanan. Andaikan engkau beribadah diantara Rukun Yamani dan Maqom Ibrohim selama dua juta tahun lalu kau menangis sehingga air matamu mampu mengaliri sungai-sungai dan dapat menyirami pepohonan sedangkan keadaanmu masih terhina (kikir) maka niscaya Alloh akan menjeru-muskanmu ke neraka. Celakalah dirimu! Apa engkau tidak tahu kalau kebakhilan adalah kekufuran? Apa engkau juga tidak tahu jika kekufuran itu berarti neraka.   Alangkah celakanya orang yang bakhil. Gara-gara tabiatnya itu amal ibadah selama berjuta-juta tahun ternyata tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya dari siksa neraka.

    Dampak yang ditimbulkan oleh sifat ini tidak hanya bisa dirasakan pemiliknya saja. Bahkan orang lain pun bisa terkena getahnya. Seseorang yang terlalu sering melihat orang bakhil atau malah bergaul dengannya maka hatinya bisa menjadi keras sekeras baja dan yang pasti dia bisa tertular. Dan merupakan ciri khas orang mukmin adalah selalu merasa susah kalau bertemu orang bakhil. Karena bakhil adalah kekasih syetan.

     Untuk memberantas penyakit ini hanya ada satu penawar, yaitu manusia harus membekali diri dengan sifat sakho’. Sakho’ atau dermawan adalah perasaan suka memberi orang lain tanpa didasari pamrih sama sekali. Dan menjadi kebalikan dari sifat bakhil, orang yang punya sifat ini akan senantiasa disenangi masyarakat sekitar, lebih dicintai oleh Allah meski dia bukanlah tipe orang yang giat beribadah dan dia akan lebih berpeluang untuk masuk surga dari pada orang bakhil yang gemar beramal ibadah.
      Sifat dermawan ini sebenarnya juga memiliki beberapa tahapan dan tingkatan. Namun seseorang itu telah dapat mencapai klimaknya jika ia telah mempunyai sifat itsar (mengede-pankan orang lain). Itsar ialah mendermakan hartanya walaupun sebenarnya ia sangat membutuh-kannya. Namun karena ada orang lain yang memerlukannya juga maka ia mendahulukan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu. Demikian pula orang yang bakhil. Ia akan dapat mencapai puncak kebakhilannya jika masih saja menahan hartanya walaupun untuk kebutuhan pribadinya. Sehingga seandainya dia sakit, dia tidak akan mengeluarkan hartanya sepeserpun untuk berobat kecuali jika ia mendapatkan obat tersebut secara gratis.
      Dari banyaknya penjelasan yang telah diterangkan oleh syara’ mungkin kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa bakhil adalah termasuk sifat tercela yang bisa mengakibatkan kehancuran pemiliknya. Tapi apakah kesimpulan tersebut sudah dapat menjawab pertanyaan apa sebenarnya hakikat bakhil itu dan bagaimana pula seseorang itu bisa mendapat status bakhil? Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa dirinya adalah seorang dermawan dan orang lain semuanya bakhil. Dan juga tidak jarang orang selalu berbeda-beda dalam menilai orang lain. Terkadang menurut si A dia adalah orang yang dermawan namun menurut si B dia adalah seorang bakhil.
    Bakhil bukanlah berarti orang yang menahan hartanya. Karena setiap manusia pasti memiliki sifat cinta harta benda. Dan karena kecintaan inilah maka dia akan selalu berusaha menjaga dan menahan hartanya. Dan kalau ini dianggap sebagai sifat bakhil maka tidak akan ada orang yang bisa selamat dari kebakhilan ini.
      Pengertian bakhil dan sakho’ menurut pandangan agama pada hakikatnya lebih sederhana dari pada pengertian yang biasa dipahami oleh masyarakat umum. Bakhil bukan berarti menahan harta benda saja tetapi bakhil adalah mencegah diri untuk mengeluarkan harta benda yang semestinya dan wajib ia keluarkan. Seperti halnya ketika seseorang itu seharusnya wajib memberi nafkah keluarganya sebesar Rp. 1.000 rupiah, namun ternyata yang ia berikan hanya Rp. 900 rupiah.
      Orang yang bakhil juga tidak bisa diartikan sebagai orang yang tidak mau memberi. Karena sebakhil apapun seseorang pasti ia mau memberi walau hanya sedikit jumlahnya. Dan sebaliknya orang yang dermawan juga pasti akan berpikir seribu kali kalau ada orang lain yang meminta semua harta bendanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar