Kamis, 06 Agustus 2015

SHALAT TAHAJUD





       Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, menurut makna ‘tahajud’ yang berarti shalat malam setelah bangun dari tidur, memang seakan-akan shalat tahajud itu disyaratkan tidur lebih dahulu. Kalau belum tidur maka shalat itu tidak disebut shalat tahajud, namun disebut shalat ‘qiyamullail’ (shalat malam).

      Shalat  tahajud  adalah   shalat yang diwajibkan kepada nabi saw.  sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat tahajud merupakan shalat yang  sangat dianjurkan untuk dilaksa-nakan. “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isra’ : 79).

      Waktu untuk melaksanakan shalat tahajud ditetapkan sejak waktu isya’ hingga waktu subuh (sepanjang malam), meskipun demikian waktu yang utama adalah sepertiga malam terakhir. Bahkan ada yang menyebut waktu shalat tahajud adalah di saat ketika kita dapat mendengar suara jarum yang jatuh di atas lantai. “Sesungguhnya bangun di waktu malam itu adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Q.S. Al-Muzzammil : 6).

      Memang untuk memulai bangun malam itu banyak kendala dan kesulitannya, sebab setan telah mengunci dan mengikat kita pada saat tidur kita : “Setan itu mengikat atas tengkuk seseorang dari pada kamu ketika ia sedang tidur akan tiga ikatan. Pada setiap ikatan dibuat tulisan : Atasmulah malam yang panjang, maka tidurlah. Jika ia bangun dan ingat kepada Allah Ta’ala maka lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, maka lepaslah satu ikatan, dan jika ia shalat, maka terlepaslah satu ikatan. Maka ia masuk pagi dengan tangkas dan baik jiwanya, jika tidak maka ia masuk pagi dalam keadaan buruk jiwanya dan malas.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

      Disamping berupa ikatan setan juga menggunakan obat untuk mencapai tujuannya. “Sesungguh-nya setan mempunyai obat di dalam hidung, lisan dan mata. Apabila ia masukkan obat ke dalam hidung maka akhlak hamba itu buruk. Apabila ia menelankan obat, maka lidah hamba itu mengalirkan keburukan. Dan apabila setan itu memasukkan obat ke dalam matanya, maka ia tidur malam sampai pagi.” (H.R. Thabrani).

      Jumlah rakaat shalat malam (tahajud) tidak dibatasi, tetapi paling sedikit dua rakaat. Cara yang baik adalah tiap dua rakaat diakhiri satu salam. “Shalat malam itu, dua-dua,” (H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad).

      Shalat tahajud sendiri mempunyai banyak keutamaan, dintaranya adalah terkabulnya do’a dan diampuninya dosa. Dalam sebuah hadits kudsi disebutkan : “Tuhanmu yang Maha Pemberi Berkah dan Maha Mulia, selalu turun ke langit dunia setiap malam, pada paruh waktu sepertiga malam terakhir, dan Dia berfirman : Barang siapa yang berdo’a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, barang siapa mengajukan permintaan kepada-Ku akan aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni.” (H.R. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Dawud, Malik).

      Dan di hadits lain disebutkan : “Sesungguhnya sebagian dari malam itu ada saat yang mana tidaklah hamba yang muslim bertepatan dengannya memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala, melainkan Dia memberinya. Dan riwayat lain menyebutkan : “Ia memohon kepada Allah Ta’ala akan kebaikan dari urusan dunia dan akhirat kecuali Dia memberinya, itu setiap malam hari.” (H.R. Muslim)
    
      Diantara keutamaannya juga adalah, apa yang disebutkan dalam sebuah hadits yaitu : Dari Umar bin Khtattab ra. Nabi saw. bersabda : “Siapa shalat malam dengan sebagus-bagusnya, maka Allah memulyakan dengan 9 perkara, 5 di dunia dan 4 di akhirat, masing-masing yaitu :


      5 perkara di dunia :

1.  Allah akan memelihara dari berbagai bahaya.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan di mukanya.
3. Umat manusia seluruhnya terutama yang shaleh-shaleh menaruh hati/ simpati kepadanya.
4. Lidahnya akan mampu mengucap-kan kata-kata yang mengandung hikmah.
5.  Allah menjadikannya seorang yang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam bidang agama.
      4 perkara di akhirat :
1. Dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang putih/cerah.
2. Perhitungan amal/hisabnya dibuat ringan.
3. Melintasi shirat bagaikan kilat menyambar.
4. Menerima kitab/catatan amalnya kelak di hari kiamat dengan tangan kanan.”
(Kitab Durrotun Nashi-hin/Usman bin Hasan bin Sakir).

      Sebab-sebab yang me-mudahkan bangun malam :

1. Tidak banyak makan dan minum, sehingga ia dikalahkan oleh tidur dan berat atasnya untuk bangun.
2. Tidak melelahkan dirinya di siang hari dalam pekerjaan-pekerjaan yang meletihkan anggota-anggota badan dan melemahkan otot-otot, karena hal itu menarik/menyebabkan tidur.
3. Tidak meninggalkan qailulah (tidur sebentar di siang hari), karena qailulah itu sunah untuk menolong bangun di malam hari.
4. Tidak menanggung melakukan dosa-dosa di siang hari, karena hal itu mengeraskan hati dan menghalangi antara ia dan sebab-sebab rahmat.
5. Tidak banyak memikirkan kelebihan dunia, sebab orang yang tenggelam dalam kesu-sahan karena memikirkan dunia itu tidak mudah baginya untuk bangun malam. Jika ia bangun malam, maka ia tidak berfikir dalam shalatnya kecuali dalam cita-citanya mengenai dunia.
6. Ketakutan yang mengalahkan dan melazimkan hati untuk pendek angan-angan. Apabila ia berfikir mengenai kesusahan akhirat, maka tidurnya lenyap dan khawatirnya besar, sebagai-mana Thawus berkata : “Se-sungguhnya ingat jahannam itu menerbangkan tidurnya orang-orang ahli ibadah.”
7. Mengetahui keutamaan bangun malam (untuk ibadah), sehingga dengannya ia mengalahkan harapan dan kerinduannya kepada pahalanya. Lalu kerin-duannya itu menggerakkan untuk mencari tambahan dan kegemaran terhadap derajat surga.
8. Dan seutama-utama pendorong yaitu cinta kepada Allah Ta’ala dan kuatnya iman. Bahwasanya dalam bangunnya itu ia tidak bercakap-cakap dengan satu hurufpun kecuali ia munajat kepada Tuhannya, dia melihat-Nya serta menyaksikan apa yang tergores di dalam hatinya. Dan goresan hati kepada Allah Ta’ala adalah percakapan bersama-Nya.
 
      Kalau kita telah mampu bangun malam untuk menunaikan shalat, maka kita ajak juga istri kita, sehingga rahmat Allah selalu kita dapatkan. “Semoga Allah memberi rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di sebagian malam hari lalu ia shalat, kemudian ia membangunkan istrinya dan iapun shalat. Jika ia (isterinya) enggan (untuk shalat), maka ia ciratkan (perciki) air di mukanya.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Hibban).


“Bahwa
sanya dise-
butkan di sisi
beliau  seorang
laki-laki yang tidur
sepanjang   malam,
sehingga   ia  masuk
shubuh. Maka beliau
bersabda : Itu adalah
seorang lelaki yang
di    telinganya   di
kencingi setan”
(H.R. Bukhari-
Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar