Kamis, 06 Agustus 2015

MENYONGSONG SHALAT JUM'AT




Supaya shalat Jum’ah kita semakin bermakna dan semakin berpahala maka kita harus tahu adab/ tata kesopanan untuk menghadirinya,diantaranya yaitu:

Berhias

   Disunahkan berhias pada hari Jum’ah, yaitu meliputi pakaian, kebersihan dan bau wangi.

     Adapun kebersihan adalah dengan bersuci, mencukur  rambut,   memotong kuku, menggunting kumis dan sebagai-nya. Ibnu Mas’ud ra. berkata : “Barang siapa yang memotong kukunya pada hari Jum’ah maka Allah swt. mengeluarkan satu penyakit dari padanya dan Allah swt. memasukkan obat padanya.”

     Adapun bau wangi, adalah dengan mengenakan minyak yang paling wangi/ harum yang dimilikinya. Dalam sebuah kesempatan Imam Syafi’i pernah berkata  “Barang siapa yang bersih pakaiannya maka sedikit sedihnya, dan barang siapa yang harum baunya maka akalnya bertambah.” Rasulullah saw. pernah bersabda : “Sebaik-baik minyak wangi orang laki-laki adalah sesuatu yang jelas baunya dan samar warnanya, sedang minyak wangi wanita itu adalah sesuatu yang jelas warnanya dan samar baunya.” (H.R. Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’i).
           
     Adapun pakaian adalah pakaian yang berwarna putih. Dalam sebuah hadits disebutkan : Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda : “Pakailah pakaian berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaianmu, dan kafanilah orang yang meninggal dunia di antara kamu dengan kain putih.”(H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

Mandi

     Sebelum menghadiri shalat Jum’ah  kita disunahkan mandi seperti mandi jinabat dengan niat untuk menghadiri shalat Jum’ah. “Mandi hari Jum’ah adalah wajib atas setiap orang yang telah mimpi (baligh).” (H.R. Bukhari).

Bersegera pergi ke masjid

     Kita berusaha untuk berangkat ke masjid sedini mungkin karena keuta-maannya sangat besar. Dalam sebuah hadits disebutkan : “Tiga (saat) seandainya manusia mengetahui apa yang ada padanya niscaya mereka lari seperti larinya onta dalam menuntutnya, yaitu adzan, shaf pertama dan berpagi-pagi kepada Jum’ah.” (H.R. Abusy Syaikh dari hadits Laith Abu Hurairah).

     Fadlilah lainnya adalah seolah-olah kita berkorban berbagai binatang, hanya dengan menghadiri shalat Jum’ah “Dari Abu Hurairah ra. Beliau berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “ Siapa yang mandi hari jum’at seperti mandi jinabat, kemudian dia pergi ke jum’atan (sebagai orang yang pertama-tama datang), sama halnya seperti orang yang berkurban seekor unta, dan siapa yang datang pada saat yang kedua, sama halnya seperti orang yang berkurban seekor sapi, dan siapa yang datang pada saat yang ketiga, sama halnya seperti orang yang berkurban seekor biri-biri yang bertanduk, dan siapa yang datang pada saat keempat, sama halnya seperti orang yang berkurban seekor ayam, dan siapa yang datang pada saat yang kelima, sama halnya seperti orang yang berkurban sebutir telur. Apabila imam telah naik mimbar, maka malaikat yang hadir ikut pula mendengarkan khutbah.  (H.R. Bukhari).

Masuk Masjid

      Seyogyanya agar kita tidak melangkahi tengkuk manusia dengan memisahkan dua orang, apabila kita telah masuk Masjid, maka tidak duduk dulu sebelum shalat Tahiyyatul Masjid sebanyak dua raka’at. Kita usahakan shalat tidak di belakang pintu masuk, sehingga tidak mengganggu orang yang mau masuk Masjid. Setelah itu kita duduk dengan berniat iktikaf.
    “Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : Seorang laki-laki masuk pada hari Jum’ah, dan nabi saw. sedang membaca khutbah. Nabi saw. bertanya kepadanya ‘apakah engkau sudah shalat?’ Lali-laki itu menjawab, ‘Belum.’ Nabi saw. ber-sabda ‘Kerjakanlah shalat sebanyak dua rakaat’.” (H.R. Bukhari).

Tidak lewat di depan orang shalat

     Agar tidak lewat dihadapan (muka) orang yang sedang shalat, hal ini pernah disabdakan Nabi saw. “Sungguh berhenti selama empat puluh tahun itu lebih baik baginya dari pada ia lewat di depan orang yang sedang shalat.” (H.R. Bukhari, Muslim).

Mencari shaf pertama

     Kalau bisa kita mencari shaf pertama karena keutamaannya, lebih-lebih dekat dengan khotib yang sedang berkhotbah. “Barang siapa yang mandi dan berpagi-pabi serta mendengar awal khutbah dan dekat kepada imam, dan ia mendengarkan, maka hal ini menjadi penebus baginya terhadap apa yang diantara dua Jum’ah dan tambah satu hari.”  (H.R. Al-Hakim).

Mendengarkan khutbah

     Kalau khotib telah berkhutbah hendaknya kita dengarkan dengan baik, hal yang demikian akan menambah ilmu dan pengetahuan kita, yang selanjutnya akan membuat ibadah kita semakin berkualitas disamping akan menambah kuantitas kita dalam beribadah.

     Dalam hal ini Saidina Ali dan Utsman ra. Meriwayatkan : “Barang siapa yang mendengarkan dan membaikkan pendengaran maka ia mendapat dua pahala. Barang siapa yang mendengar dan tidak membaikkan pendengaran maka ia mendapat satu pahala. Barang siapa yang mendengar dan berkata-kata maka atasnya mendapat dua dosa. Dan barang siapa yang tidak mendengarkan dan omong-omong maka atasnya satu dosa.”

     Lebih jauh Rasulullah saw. mengi-ngatkan dalam sebuah haditsnya: Abu Hurairah ra. Memberitakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Apabila kamu berkata kepada temanmu di hari Jum’ah ‘diamlah’ padahal imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya kamu-pun salah (Jum’ahnya percuma karena tidak memperoleh pahala).” (H.R. Bukhari).

     Ini menunjukkan bahwa menyuruh orang untuk diam itu seyogyanya dengan isyarat bukan dengan ucapan. Dalam suatu riwayat dijelaskan : “Ketika Abu Dzarr bertanya kepada Ubay padahal Nabi saw. sedang berkhutbah, ia bertanya ‘Kapankah surat ini diturun-kan?’ Lalu ia berisyarat kepadanya untuk diam. Ketika Rasulullah saw. turun, Ubay berkata kepadanya: ‘Pergilah, kamu tidak mendapatkan Jum’at’. Abu Dzarr mengadukan kepada Nabi saw. maka beliau bersabda: ‘Benarlah Ubay’.” (H.R. Baihaqi)

Berdo’a

     Di setiap sa’at dan dalam keadaan apapun, hendaknya kita tidak melupakan berdo’a, karena do’a adalah suatu ibadah kepada Allah swt. apalagi di hari Jum’ah, dalam sebuah hadits Rasulullah saw. telah menjelaskan : “Pada Hari Jum’ah ada satu sa’at, apabila seorang muslim bertepatan shalat pada sa’at itu, dan memohon sesuatu kepada Allah swt. niscaya Allah akan mengabulkan permo-honannya. Nabi saw. memberi isyarat dengan tangannya, yang berarti bahwa sa’at itu amat singkat.” (H.R. Bukhari).

Berdzikir

     Sesudah shalat Jum’ah hendaknya kita tidak langsung meninggalkan masjid, kita dapat berdzikir sejenak dengan membaca kalimah-kalimah thoyyibah atau ayat-ayat Al-Qur’an, dalam sebuah hadits disebutkan : “Barang siapa membaca, ketika imam shalat Jum’ah salam, sebelum berubah kakinya, surat Al-Fatihah, Al-Ihlash, Al-Falaq dan An-Nas masing-masing tujuh kali, maka dosa-dosa yang telah lampau dan yang akan datang diampuni oleh Allah swt. dan dia akan diberi pahala oleh Allah sebanyak bilangan orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.” (H.R. Al-Hafidz Al-Mundziri dari Anas ra).

Shalat sesudah shalat Jum’ah

     Setelah shalat Jum’ah hendaklah kita shalat ba’diyah sebanyak dua atau empat atau enam rakaat, semuanya ada riwayatnya. “Ibnu Umar ra.  meriwa-yatkan bahwasanya Nabi saw. selalu shalat dua rakaat setelah shalat jum’ah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Mencari karunia Allah

     Setelah rangkaian shalat Jum’ah telah selesai maka kita dapat kembali mencari karunia/rizki dari Allah swt. Dalam Al-Quran disebutkan : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”




Tidaklah
seseorang meninggalkan
shalat Jum’ah selama tiga kali
karena meremehkan, kecuali
Allah telah menutup
 hatinya.
(H.R. Abu Daud)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar