Kamis, 06 Agustus 2015

Dosa memutuskan hubungan kekeluargaan





      Dalam Al-Qur’an disebutkan : “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim  (Q.S. An-Nisa’ : 1)

      Berhati-hatilah kita terhadap penganiayaan terhadap orang lain dan juga memutuskan hubungan silaturrahim, sebab Allah akan menyegerakan balasannya. 
 “Tiada suatu  dosa  yang  lebih  layak untuk diberi hukuman oleh Allah dengan segera di dunia disamping siksaan yang disimpan di akhirat dari pada penganiayaan dan memutus hubungan kerabat.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

     Dan dalam hadits lain disebutkan dari sahabat Jabir ra. berkata : “Rasulullah saw. keluar untuk menemui kami yang sedang berkumpul, lalu bersabda : Wahai kaum muslimin, bertaqwalah kepada Allah, dan sambunglah sanak kerabatmu. Sesungguhnya tidak ada pahala yang lebih cepat diberikan dari pada menyambung kerabat. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu menganiaya, sesungguhnya tidak ada siksaan yang lebih cepat diterima dari pada siksaan penganiayaan. Berhati-hatilah jangan sampai kamu durhaka kepada kedua orang tua, sebab sesungguhnya bau surga itu bisa dicium dari jarak perjalanan seribu tahun. Demi Allah orang yang durhaka kepada kedua orang tua, pemutus hubungan kerabat, orang tua yang berzina, orang yang menyeret kain sarungnya lantaran congkak tidak akan mencium bau surga, sebab sesungguhnya kebesaran hanya milik Allah seru sekalian alam.” (H.R. Thabrani).

      Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa rasulullah telah bersabda : “Barang siapa yang mengerjakan perkara tiga ini maka akan dihisab dengan cara yang meringankan, dimasukkan surga dengan rahmat Allah, para sahabat bertanya : Wahai rasulullah apa tiga perkara tersebut ? Beliau menjawab : Kamu memberi kepada orang  yang tidak memberimu, kamu menyambung kepada orang yang memutus persahabatan atau kekerabatan denganmu, kamu mengampuni orang yang menganiaya padamu. Maka bila kamu lakukan sedemikian ini maka kamu akan masuk surga.” (H.R. Thabrani dan Al-Hakim).

      Disamping itu memutuskan hubungan kekerabatan akan memeprsempit rizki kita serta tidak barokahnya umur kita. “Barang siapa yang senang rizkinya diperluas, waktu kematiannya ditangguhkan maka hendaknya menyambung hubu-ngan sanaknya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

      Dalam hadits lain dari Anas ra. bahwasanya rasulullah bersabda : “Sesungguhnya bersedekah dan menyambung hubungan sanak kerabat yang putus, akan ditambah umurnya oleh Allah, menolak mati mendadak dan perkara yang tidak disukai dan yang dikhawatirkan terjadi.” (H.R. Abu Ya’la)

      Adh-Dhahak berkata dalam menafsiri ayat “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkannya” adalah sebagai berikut : “ Sesungguhnya seorang lelaki yang usianya tinggal tiga hari, lantas menyambung sanak yang putus. Allah menambah usianya menjadi tiga puluh tahun lagi. Dan sesungguhnya seorang lelaki yang usianya masih panjang sekitar tiga puluh tahun lagi, lalu memutus hubungan dengan kerabat, maka usianya diper-pendek hingga menjadi tiga hari.”

      Diriwayatkan , bahwa malaikat yang bertugas mengambil roh pernah berkata kepada nabi Daud memberi tahu kepadanya bahwa usia lelaki itu tinggal enam hari lagi, ternyata setelah beberapa tahun, nabi Daud jumpa dengan orang itu lagi dalam keadaan hidup. Malaikat yang bertugas kematian ditanyai oleh nabi Daud, lalu dijawab : Orang itu keluar dari rumahmu untuk mrnyambung sanak yang terputus. Akhirnya Allah memperpanjang usianya hingga dua puluh tahun lagi.

      Aisyah rah. Berkata : “Perbuatan baik yang paling cepat pahalanya adalah menyambung sanak, dan perkara yang paling cepat menerima hukumannya adalah penganiayaan dan memutus hubungan kerabat.” (H.R. Ibnu Majah).

      Ancaman Allah yang lain bagi orang yang memutuskan hubungan kekerabatan adalah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad : “Sesungguhnya amal perbuatan Ibnu Adam dihaturkan kepada Allah pada hari Kamis dan malam Jum’at, lantas tidak akan diterima amal perbuatan orang yang memutus hubungan kerabat.”

      Ibnu Hajar pernah berkata : “Ada seorang lelaki kaya raya, lantas menitipkan uang sebanyak seratus dinar kepada orang yang tampaknya mempunyai amanat (bisa dipercaya), dan perilakunya termasuk orang shaleh. Uang itu akan diambil nanti bila pulang dari haji. Ketika orang kaya itu kembali dari haji, lantas mendengar kabar bahwa lelaki yang dititipi uang itu telah meninggal dunia. Dia bertanya kepada ahli warisnya tentang uang itu namun tidak ada satupun dari mereka menge-tahuinya. Lastas bertanya kepada ulama’ Mekkah. Mereka berpendapat : Bila nanti dipertengahan malam, datanglah ke sumur Zamzam, lantas panggillah namanya. Bila dia termasuk orang baik maka akan menjawab panggilanmu yang pertama.
      Orang kaya itu memberitahu kepada para ulama’ tentang adanya jawaban, lalu mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un, kami khawatir bila temanmu itu tergolong ahli neraka. Sekarang pergilah ke Yaman, sebab disana ada sumur yang bernama Barhut, banyak orang yang bilang bahwa sumur itu sebagai mulut neraka Jahannam. Nanti lihatlah ke sumur itu waktu malam, dan panggillah namanya, maka dia akan menjawab.


“ Tidak
akan masuk
surga orang yang
memutuskan
hubungan
kerabat ”
H.R. Bukhari dan MUslim

      Orang kaya tadi pergi ke Yaman. Sesampainya di sana, bertanya kepada penduduk setempat tentang dimana letak sumur Barhut. Akhirnya ditunjukkan ke suatu daerah. Lantas didatanginya waktu malam sebagaimana yang disarankan oleh ulama’ Mekkah. Lalu dipanggil nama Fulan. Tahu-tahu dijawabnya. Orang kaya itu berkata: Dimana sekarang emasku” Lalu dijawab : Saya pendam ditempat Fulan di perkampunganku. Sekalipun anakku ada, tapi aku ridak bisa percaya padanya. Oleh karena itu, cepat-cepat galilah, kamu akan menjumpainya. Lantas orang kaya itu bilang : Apa yang menye-babkan kamu bertempat di sini, sungguh aku mengira engkau menjadi orang baik, perilakumu menampakkan orang shaleh, lalu dia berkata : Sesungguhnya aku mempunyai saudara perempuan yang fakir, aku telah meninggalkannya, aku tidak pernah bicara dengannya, dan aku tidak belas kasih padanya. Akhirnya Allah menyiksa aku sedemikian rupa, aku ditempatkan di sini karenanya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar