Jumat, 07 Agustus 2015

kiat mempunyai anak sholeh





        Siapa pun pasti mengidam-idamkan anaknya kelak menjadi anak yang sholeh. Untuk mewujudkan keinginan ini hendaknya dilakukan beberapa hal: 
      Pertama, hendaknya sejak anak masih berada di dalam kandungan, ibunya harus selalu mengkonsumsi makanan yang halal. Jangan sekali-kali memakan dan meminum sesuatu yang syubhat atau bahkan haram. Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, neraka lebih berhak baginya.”
     Jika seseorang itu hartanya tergolong syubhat misalnya, maka hendaknya diupayakan agar harta syubhat itu tidak sampai dimakan, tapi dipergunakan untuk kebutu-han yang lain, sebab makanan yang shubhat atau bahkan haram itu pasti dapat menimbulkan dampak negatif pada jiwa orang yang mengkonsumsinya.
       Diceritakan, “Suatu ketika Abu Yazid Al Busthami mengadu pada ibunya perihal dirinya yang sudah beribadah kepada Allah SWT. selama kurang lebih 40 tahun, tapi belum dapat merasakan nikmatnya beribadah. Beliau lalu bertanya kepada ibunya, jangan-jangan ibunya pada waktu mengandung atau menyusui dirinya dulu pernah mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Ternyata kekhawatiran Abu Yazid ini terbukti, ibunya tadi mengakui, bahwa pada masa menyusui Abu Yazid dulu, saat naik ke loteng dia pernah meminum air susu satu gelas tanpa mencari tahu dulu siapa yang memilikinya.”
       Kedua, orang tua hendaknya senang dan cinta terhadap orang-orang yang sholeh, agar anaknya kelak tertulari kesholehan orang-orang sholeh tersebut.
    Ketiga, hendaknya orang tua (terutama sang ibu) selalu berdo’a kepada Allah subhanahu Wata’ala agar anaknya ditakdir menjadi anak yang shaleh/shalihah dan baik, bermanfaat bagi kedua orang tua, lingkungan dan seluruh kaum muslimin, karena termasuk do’a yang dikabulkan adalah do’a orang tua untuk anaknya. 
      Dalam Al-Qur’an disebutkan sebuah do’a : “Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.  (Q.S. Al-Furqaan : 74)

    Ada sebuah ijazah do’a dari Kiai Romli, beliau mendapat ijazah dari Kiai Kholil Bangkalan, Madura, yaitu: “Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami termasuk orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang baik. Dan janganlah Engkau jadikan kami dan mereka termasuk orang-orang yang sengsara.”
      Keempat, hendaknya orang tua mengajarkan anaknya untuk mengenal Allah SWT, dimenger-tikan tentang tata cara beribadah, halal-haram, hal-hal yang menye-babkan kemurtadan, dan lain-lain. Setelah itu anaknya mau dise-kolahkan ke mana pun, terserah. Yang penting orang tua sudah menanamkan pendidikan dasar agama yang kokoh.
      Dalam Al-Quran telah dikisahkan tentang Luqman memberikan pelajaran kepada anaknya : Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguh nya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". (Q.S Luqman : 13)
          (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memaling-kan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi mem-banggakan diri. Dan sederhana-lah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesung-guhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S. Luqman : 16,17,18,19)
      Dalam persoalan mendidik anak ini, orang tua jangan hanya memikirkan dan menghawatirkan anaknya dalam urusan dunia saja. Sebab jika begini, sepertinya yang akan mati hanya orang tuanya semata. Justru yang harus selalu diperhatikan dan dipikirkan oleh orang tua adalah bekal apakah yang akan dibawa dirinya dan anaknya nanti ketika menghadap Allah SWT. sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub AS. menjelang ajalnya. Allah mengi-sahkan peristiwa ini dalam Surah Al Baqarah, ayat 133:أ“Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyem-bah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Q.S. Al Baqarah: 133).
      Sebagai orang tua, kita jangan hanya memikirkan: “Apa yang engkau makan setelah kepergian-ku?”
       Jika orang tua memiliki anak yang sholeh, maka dia tak ubahnya seseorang yang mem-punyai usia panjang, meski umurnya pendek sekalipun, karena setiap saat dia akan selalu memperoleh kiriman pahala dari do’a yang dipanjatkan anaknya, sabda nabi dalam sebuah hadits : “Apabila anak adam telah meninggal dunia, maka terputus-lah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendo’a-kannya.” 
      Keempat memberi contoh terlebih dahulu dalam kebaikan, jangan sampai menyuruh anak berbuat baik tapi kita malah tidak melakukannya, dalam hal ini tokoh Indonesia Ki Hajar Dewantara bernah mengatakan : “Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. (Didepan memberi contoh terlebih dahulu, di tengah-tengah memberi semangat dan di belakang mengawasi dengan baik).”

Setengah ulama hikmah menegaskan : Barang siapa berani kepada kedua orang tuanya, pasti tidak akan menikmati kesenangan dari anaknya, barang siapa tidak bermusyawarah dalam mengatasi urusannya, pasti tidak mencapai tujuannya, dan barang siapa tidak mengalah (bersikeras untuk menang sendiri) di tengan keluarganya, pasti lenyap kesenangan hidupnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar