Jumat, 07 Agustus 2015

keluarga sakinah mawadah warohmah menurut islam





      Rumah tangga ibarat dua sisi mata uang, suatu saat ia datang dan menjelma menjadi taman surga yang membuat semua penghuninya merasa betah di dalamnya, namun bisa saja ia datang sebagai tambang derita yang seolah-olah mau membunuh kita secara perlahan. Lalu bagaimana keluarga yang kita bina bisa datang dengan wajah taman surga
       Inilah yang menjadi idaman setiap insan. Namun apakah mereka semuanya berhasil atau malah banyak yang menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan secara materi maupun yang tersorang-sorang? Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa keba-nyakan dari kita sulit mewujudkannya? Bahkan tidak jarang yang mewarnai rumah tangga adalah percekcokan dan pertengkaran yang berujung pada terancamnya keutuhan rumah tangga dengan bahasa lain yakni perceraian.

     Allah SWT menyebutkan perjanjian untuk membangun rumah tangga sebagai perjanjian yang sangat kuat dan kokoh yaitu “mitsaqan ghalidlo”. Allah swt menyebutkan kalimat tersebut hanya dalam dua hal yaitu dalam membangun rumah tangga yang terdapat dalam surat An nisa’: 21,

 “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (Q.S. 4 An Nisaa' 21)

      Dan dalam membangun misi kenabian. Rosulullah SAW sendiri bersabda: “Perbuatan halal yang dimurkai oleh Allah adalah perceraian.” Ada makna yang cukup tersirat dan rahasia dalam dawuh tersebut. Tidak ada satu perbuatan halal yang Allah murkai kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Inilah yang menjadi PR kita. Tentu masing-masing dari kita tidak ingin dimurkai sehingga rahmat Allah menjauh dari rumah kita.
       Alhasil bangunan rumah tangga ibarat bangunan misi kenabian. Sehingga keluarga sakinah yang menjadi impian setiap manusia tidak mudah diwujudkan sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan misi kenabian oleh setiap manusia. Perlu persyaratan-persyaratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan generasi penerus umat manusia.
Makna Sakinah
      Sebelum kita merintis keluarga sakinah, alangkah baiknya kita mengetahui dulu apa arti istilah tersebut. Istilah sakinah digunakan Al qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini mempunyai akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Bisa disimpulkan bahwa istilah terse-but digunakan Al qur’an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah warahmah) di antara sesama anggotanya. Untuk mencapai itu semua, dalam bangunan rumah tangga Allah SWT telah menetapkan hak dan kewajiban. Kita juga bisa meniru sosok figur yang telah berhasil mewujudkan sebuah keluarga besar yang berhasil mencetak generasi-generasi penerang alam. Dan ini tidak akan terbantahkan lagi oleh semua kaum muslimin. Figur tersebut adalah baginda Rasulullah yang berhasil membina dan membentuk keluarga saki-nan dengan Sayyidah Khadijah
Wanita Lebih Berperan
      Disini ada hal yang menarik untuk dikaji, khususnya bagi kaum hawa. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah banyak dibicarakan oleh kaum adam bahwa beliau melakukan pologami, kemudian mereka melaksanakannya dengan dalil mencontoh Rasulullah. Tapi kita harus ingat kapan Rosulullah berpoligami dan mengapa beliau melakukan hal ini? Sejarah mencatat bahwa beliau tidak berpoligami saat beliau masih berdampingan dengan Sayyidah Khadijah sampai beliau mening-gal. Hal ini karena sosok Khadijah yang luar biasa, seorang istri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi suaminya. Beliau korbankan seluruh harta benda-nya untuk dakwah Rosulullah, Sehingga Rasulullah tidak pernah melupakan Khadijah walaupun sudah meninggal dan disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan lebih dari satu. Sosok Khadijah al-Kubra ini bisa diambil uswahnya bagi wanita khususnya kaum ibu supaya sang suami tidak mudah menoleh ke lain hati.
      Maka bisa disimpulkan bahwa yang paling berperan besar dalam membentuk keluarga sakinah adalah wanita. Mari kita perhatikan firman Allah SWT :
 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. 30 Ar Ruum 21)
      Dalam ayat tersebut ada kalimat “supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah” yang merupakan arti dari kalimat “Litaskunu”. Jadi sakinah itu dalam diri perempuan. Tapi harus diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah tersebut, tidak lantas mencemati dan menodainya agar sumber itu tetap terjaga, jernih dan suci, serta mengalir ke semua anggota keluarga.

Hak dan Kewajiban Sesama

       Sebagai pengantar untuk mem-bangun keluarga sakinah perlu kiranya kita harus mengetahui untuk selanjutnya mengaplika-sikan hak dan kewajiban pasangan suami istri yang telah ditetapkan Allah dan Rasulnya. Hak-hak suami antara lain: suami adalah pemimpin keluarga. Dalam Al qur’an disebutkan bahwa “kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)”, suami berhak dipatuhi dan tidak boleh ditentang, istri tidak boleh mensedekahkan harta atau berpuasa sunnah kecuali mendapat izin dari sang suami, suami harus dilayani dalam semua kebutuhan jasmani dan biologis kecuali kalau ada udzur, dan lain sebagainya

      Adapun hak-hak istri antara lain: istri harus mendapat perlakuan yang baik sesuai dengan firman Allah yang artinya “Dan bergaullah dengan mereka secara patut” (An Nisa’: 19),
       Istri berhak mendapatkan nafkah dari suami baik sandang, pangan maupun papan, dan lain sebagainya.

      Selain sebuah keluarga harus mengetahui hak dan kewajiban, keluarga yang sakinah adalah bisa meredam emosi dan pertikaian. Rosulullah bersabda: “laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayanginya dan tidak berlaku dzalim pada mereka.” Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat menghadap Rasulullah dan berkata:

 “ya Rasulullah, aku mempunyai seorang istri yang selalu menyambutku ketika aku datang dan menghantarkanku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan mengatakan: ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada ditangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat maka semoga Allah menambah rasa risaumu.” Setelah mendengar cerita sahabat tersebut, Rasulullah bersabda: “sampaikan kabar gembira pada istrimu tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya bahwa ia temasuk salah satu pekerja Allah. Allah mencatat setiap hari baginya pahala tujuh puluh syuhada’.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar